MATERI HANDOUT 1
Nama : Mata Pelajaran :
Pertemuan ke : Jumlah halaman :
Kelas : Materi :
Handout ke : Tanggal :
1.Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan belajar mengajar siswa diharapkan :
a. Menjelaskan tekanan
b. Memformulasikan tekanan
c. Menjelaskan tekanan hidrostatis
d. Memformulasikan tekanan hidrostatis
e. Menjelaskan hukum utama hidrostatis
2.Materi Pembelajaran
A. Pengertian Fluida
Dalam
statika fluida, akan di pelajari fluida yang berada
dalam keadaan diam (tidak bergerak). Fluida yang diam di sebut fluida statis.
Fluida
diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Jika yang di amati adalah zat cair, maka di sebut
dengan hidrostatis. Materi yang
akan di
temui dalam kehidupan sehari-hari terdiri dari zat padat, cair dan gas. Istilah
fluida mencakup zat cair dan gas, karena zat cair seperti air atau zat gas
seperti udara dapat mengalir.
Zat padat seperti batu atau besi tidak dapat mengalir sehingga tidak bisa
digolongkan dalam fluida.
Untuk lebih memahami penjelasan, alangkah baiknya jika kita tinjau beberapa
contoh dalam kehidupan sehari-hari. Ketika dirimu mandi, dirimu pasti
membutuhkan air. Untuk sampai ke bak
penampung,
air dialirkan baik dari mata air atau disedot dari sumur. Air merupakan salah
satu contoh zat
cair. Zat cair tersebutdapat kita kelompokan
ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga
termasuk fluida. Zat
gas juga dapat mengalir dari satu satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin merupakan
contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Zat padat tidak dapat digolongkan
ke dalam fluida karena zat padat tidak dapat mengalir. Batu atau besi tidak dapat mengalir seperti air
atau udara. Hal ini dikarenakan zat padat cenderung tegar dan mempertahankan bentuknya sedangkan
fluida tidak mempertahankan bentuknya tetapi mengalir. Fluida merupakan salah
satu aspek yang penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Setiap hari kita menghirupnya, meminumnya dan bahkan
terapung atau teggelam di dalamnya. Setiap hari
pesawat udara terbang melaluinya, kapal
laut mengapung di atasnya,
demikian juga kapal selam dapat mengapung
atau melayang di dalamnya. Air yang kita minum dan udara yang kita hirup juga
bersirkulasi di
dalam tubuh kita setiap saat, hingga kadang tidak kita sadari. Dalam mempelajari Fluida, kita
memilahnya menjadi dua bagian yakni
Fluida
statis (Fluida diam) dan Fluida Dinamis (Fluida bergerak). Fluida memang merupakan zat yang
dapat mengalir yang di tinjau dalam Fluida statis adalah ketika fluida
yang sedang diam pada keadaan setimbang. Jadi kita meninjau fluida
ketika tidak sedang bergerak. Pada Fluida Dinamis, kita akan meninjau fluida
ketika bergerak.
Sebelum
mempelajari materi fluida statis maka akan di jalaskan mengenai
“Massa Jenis” dan “Berat Jenis” pada
kesempatan
ini kita pelajari kembali apa yang dimaksudkan dengan massa jenis dan berat
jenis dan bagaimana
hubungannya dengan pokok bahasan Fluida yang saat ini akan di pelajari.
a.
Massa Jenis (Kerapatan)
Salah
satu sifat penting dari suatu zat adalah kerapatan atau massa jenisnya. Istilah yang sering di sebut adalah densitas (density). Kerapatan atau massa jenis merupakan perbandingan
massa terhadap volume zat. Secara
matematis ditulis : = ( dibaca “rho”) merupakan
huruf yunani yang biasa digunakan untuk menyatakan kerapatan, m adalah massa dan v adalah volume. Kerapatan atau massa jenis fluida homogen (sama)
pada dasarnya berbeda dengan kerapatan zat padat homogen. Besi atau es batu
misalnya, memiliki kerapatan yang sama pada setiap bagiannya. Berbeda dengan fluida, misalnya atmosfer
atau air. Pada atmosfer bumi, makin tinggi atmosfer dari permukaan bumi, kerapatannya semakin kecil
sedangkan untuk air laut misalnya,
makin dalam kerapatannya semakin
besar. Massa jenis atau
kerapatan dari suatu fluida homogen dapat bergantung pada faktor lingkungan
seperti temperature (suhu) dan tekanan.
Satuan
Sistem Internasional untuk massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg/m3).
Untuk satuan CGS
atau
centimeter, gram dan sekon, satuan Massa jenis dinyatakan dalam gram per
centimeter kubik (gr/cm3). Berikut ini data massa jenis dari
beberapa zat. Kerapatan
zat yang dinyatakan dalam tabel di bawah ini merupakan kerapatan zat pada suhu 0o C dan tekanan 1atm (atmosfir atau atm = satuan tekanan).
b. Berat Jenis
Berat
jenis merupakan perbandingan kerapatan suatu zat terhadap kerapatan air. Berat
jenis suatu zat dapat
diperoleh dengan membagi kerapatannya dengan 103 kg/m3 (kerapatan
air). Apabila kerapatan suatu benda lebih
kecil dari kerapatan air, maka benda akan terapung. Berat jenis benda yang terapung lebih kecil
dari 1. Sebaliknya jika kerapatan suatu benda lebih besar dari kerapatan air, maka berat jenisnya lebih
besar dari 1. untuk kasus ini benda tersebut akan tenggelam.
d. Tekanan
pada Fluida
Dalam
ilmu fisika, Tekanan diartikan sebagai gaya per satuan luas, di mana arah gaya
tegak lurus dengan luas
permukaan. Secara matematis, tekanan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut
ini :
p
=
P = tekanan, F = gaya dan A = luas
permukaan. Satuan gaya (F) adalah Newton
(N),
satuan luas adalah meter
persegi (m2). Karena tekanan adalah gaya per satuan luas maka satuan
tekanan adalah N/m2. Nama
lain dari N/m2 adalah pascal (Pa). Pascal dipakai sebagai satuan
Tekanan dari penemunya adalah Blaise
Pascal. Kita akan berkenalan lebih dalam pada pokok bahasan Prinsip Pascal. Ketika kita membahas Fluida, konsep
Tekanan menjadi sangat penting. Ketika fluida berada dalam keadaan tenang, fluida memberikan
gaya yang tegak lurus ke seluruh permukaan kontaknya. Misalnya kita tinjau air yang berada di
dalam gelas,
setiap bagian air tersebut memberikan gaya dengan arah tegak lurus terhadap dinding gelas jadi setiap bagian air memberikan
gaya tegak lurus terhadap setiap
satuan
luas dari wadah yang ditempatinya, dalam hal ini gelas. Demikian juga air dalam
bak mandi atau Air
kolam renang. Ini merupakan salah satu sifat penting dari fluida statis atau fluida yang sedang diam. Gaya per satuan luas ini dikenal
dengan istilah tekanan.
e. Pengaruh
Kedalaman
Terhadap
Tekanan
Pada penjelasan di atas, telah di jelaskan tentang dua
sifat fluida statis (fluida
diam), yakni memberikan tekanan ke segala arah dan gaya yang disebabkan oleh
tekanan fluida selalu
bekerja tegak lurus terhadap permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida
tersebut. Ilustrasi
yang kita gunakan adalah zat cair (air). Contoh pengaruh kedalaman (atau ketinggian) terhadap tekanan di danau atau di lautan akan bertambah jika kedalamannya
bertambah. Semakin dalam menyelam, perbedaan tekanan akan membuat telinga kita
sakit. Mari
kita tinjau tekanan air pada sebuah
wadah sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini.
Tinggi
kolom cairan adalah h dan
luas penampangnya A. Keterangan : w adalah berat air, h = ketinggian kolom air
dalam wadah yang berbentuk silinder, A = luas permukaan
dan P adalah tekanan.
Massa kolom zat cair adalah :
= m
= =
Berat kolom zat cair adalah:
w = =
Keterangan
:
w
= gaya berat
= massa jenis
m
= massa
g
= percepatan gravitasi
V
= hA = volume kolom zat cair (h = tinggi, A = luas permukaan)
Jika
kita masukan ke dalam persamaan Tekanan, maka akan diperoleh :
p
= =
==
P= Persamaan 1 (wadah
tertutup)
P= Persamaan 2 (wadah
terbuka)
Keterangan
:
pa
= Tekanan atmosfir
gh =
Tekanan hidrostatis
Pada
gambar di atas tidak digambarkan Pa, tapi dalam kenyataannya bila wadah yang
berisi air terbuka maka
pada permukaan air bekerja juga tekanan atmosfir yang arahnya ke bawah.
Tergantung permukaan
wadah terbuka ke mana. Jika permukaan wadah terbuka ke atas seperti pada gambar
di atas, maka arah tekanan atmosfir
adalah ke bawah. Berdasarkan persamaan di atas, tampak bahwa tekanan berbanding
lurus dengan massa jenis dan kedalaman
zat cair (percepatan gravitasi bernilai tetap). Jika kedalaman zat cair
makin bertambah, maka tekanan
juga makin besar. Ingat bahwa cairan hampir tidak termapatkan akibat adanya
berat cairan di atasnya,
sehingga massa jenis cairan bernilai konstan di setiap permukaan. Jika
perbedaan ketinggian sangat
besar (untuk laut yang sangat dalam), massa jenis sedikit berbeda. Tapi jika
perbedaan ketinggian tidak
terlalu besar, pada dasarnya massa jenis zat cair sama (atau perbedaanya sangat
kecil sehingga diabaikan). Kita juga bisa menggunakan
persamaan di atas untuk menghitung perbedaan tekanan pada setiap kedalaman yang berbeda. Kita lihat lagi persamaan di atas menjadi :
p =
gh
Keterangan
:
= perbedaan tekanan
h =
perbedaan ketinggian
e.
Tekanan Atmosfir (Tekanan Udara)
Setiap hari kita selalu “diselimuti” oleh
udara. Ketika kita menyelam ke dalam air,
semua
bagian tubuh kita diselubungi oleh air. Semakin dalam kita menyelam, semakin
besar tekanan yang
kita rasakan. Sebenarnya
setiap hari kita juga diselubungi oleh atmosfir yang selalu menekan seluruh bagian tubuh kita seperti
ketika kita berada di dalam air. Seperti pada air laut, permukaan bumi bisa kita ibaratkan dengan “dasar
laut” atmosfir. Jika benar atmosfir juga menekan seluruh bagian tubuh kita setiap saat, maka kita tidak merasakan sebagaimana
jika kita berada di dasar laut.
Hal tersebut karena sel-sel tubuh kita mempertahankan tekanan
dalam yang besarnya hampir sama
dengan tekanan luar. Hal ini yang membuat kita tidak merasakan efek perbedaan
tekanan tersebut.
Pada
pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa kedalaman zat cair mempengaruhi
besarnya tekanan zat cair tersebut. Semakin
dalam lautan, semakin besar tekanan air laut pada kedalaman tertentu. Pada setiap fluida, tekanan atmosfir
bumi juga berubah terhadap kedalaman (atau ketinggian). Tetapi tekanan atmosfir bumi agak
berbeda dengan zat cair. Perubahan massa jenis zat cair sangat kecil untuk perbedaan kedalaman yang
tidak sangat besar, sehingga massa jenis zat cair dianggap sama. Hal ini berbeda dengan massa jenis
atmosfer
bumi. Massa jenis atmosfer
bumi bervariasi cukup besar terhadap
ketinggian. Massa jenis udara di setiap ketinggian berbeda-beda sehingga kita
tidak bisa menghitung
tekanan atmosfir menggunakan persamaan yang telah diturunkan di atas. Selain
itu tidak ada
batas atmosfer
yang jelas dari mana h dapat di
ukur.
Tekanan atmosfer
juga bervariasi terhadap cuaca.
f.
Pengukuran Tekanan
Evangelista
Torricelli (1608-1647), membuat suatu cara untuk mengukur tekanan atmosfir pada
tahun 1643 menggunakan barometer air raksa hasil karyanya.
Barometer tersebut berupa tabung kaca yang panjang, di mana dalam tabung
tersebut di isi
air raksa. Tabung kaca yang berisi air raksa
tersebut dibalik dalam sebuah piring yang juga telah diisi air raksa, seperti pada gambar di bawah:
Ketika
tabung kaca yang berisi air raksa dibalik maka pada bagian ujung bawah tabung
(pada gambar terletak
di bagian atas) tidak terisi air raksa, isinya uap air raksa yang tekanannya
sangat kecil sehingga
di abaikan (p2 = 0). Pada
permukaan air raksa yang berada di dalam piring terdapat tekanan atmosfir yang arahnya ke bawah
(atmosfir menekan air raksa yang berada di piring). Tekanan atmosfir tersebut menyanggah kolom air raksa
yang berada dalam pipa kaca. Pada gambar, tekanan atmosfir dilambangkan dengan po.
Besarnya tekanan atmosfir dapat dihitung menggunakan persamaan :
Po = gh
Berdasarkan
hasil pengukuran, rata-rata tekanan atmosfir pada permukaan laut adalah 1,013 x
105 N/m2.
Besarnya tekanan atmosfir pada permukaan laut ini digunakan untuk
mendefinisikan satuan tekanan
lain, yakni atm (atmosfir). Jadi 1 atm = 1,013 x 105 N/m2
= 101,3 kPa (kPa = kilo pascal). Satuan tekanan lain adalah bar (sering
digunakan pada meteorologi). 1 bar = 1,00 x 105 N/m2
= 100 kPa.
Pengkurannya
menggunakan prinsip yang telah ditunjukan oleh torricelli di atas. Tinggi kolom
air raksa yang digunakan adalah 76 cm
(tekanan atmosfir hanya dapat menahan kolom air raksa yang tingginya hanya mencapai 76,0 cm),
di mana suhu air raksa yang digunakan tepat 0o C dan besarnya percepatan gravitasi 9,8 m/s2. Massa jenis air raksa pada kondisi
ini adalah 13,6 x 103 kg/m3. Sekarang kita bisa menghitung besarnya
tekanan atmosfir :
Po = gh
Po =
(13,6x103
kg / m3 )(9,8m / s 2
)(76cm)
Po =
(13,6x103
kg / m3 )(9,8m / s 2 )(76x10-2m)
Po =101,3x103
N / m2
Po =1,013x105
N / m2
Po == 1 atm
e.
Alat pengukur tekanan
Terdapat
banyak alat yang digunakan untuk mengukur tekanan, di antaranya adalah manometer
tabung terbuka
(lihat gambar di bawah).
Pada
manometer tabung terbuka, di mana tabung berbentuk U, sebagian tabung diisi
dengan zat cair (air
raksa atau air). Tekanan yang terukur
di hubungkan dengan perbedaan dua
ketinggian zat cair yang dimasukan
ke dalam tabung. Besar tekanan dihitung menggunakan persamaan :
p
=
pa + gh
Keterangan
:
pa
=
Tekanan atmosfir
gh =
Tekanan terukur
= massa jenis zat cair
Pada
umumnya bukan hasil kali gh
yang dihitung melainkan ketinggian zat cair (h) karena tekanan kadang dinyatakan dalam satuan milimeter
air raksa (mmhg) atau milimeter air (mm-H2O). Nama lain mmhg adalah torr (mengenang
jasa Evangelista Torricelli).
Selain
manometer, terdapat juga pengukur lain yakni barometer aneroid, baik mekanis
maupun elektrik, termasuk
alat pengukur tekanan ban dkk. Alat yang digunakan oleh paman torricelli untuk
mengukur tekanan atmosfir disebut juga
barometer air raksa, di mana tabung kaca diisi penuh dengan air raksa kemudian dibalik ke dalam piring
yang juga berisi air raksa.
e.
Tekanan Terukur, Tekanan gauge dan
Tekanan absolut
Perhatikan
kegiatan di bengkel, khususnya ketika
mengisi udara dalam ban kendaraan
(mobil atau sepeda motor). Biasanya menggunakan alat ukur tekanan udara. Hal
ini membantu agar tekanan udara ban
tidak kurang/melebihi batas yang ditentukan. Bukan hanya ketika mengukur
tekanan udara dalam ban, bola sepak dan lainnya sebagian besar pengukuran tekanan
lainnya, tekanan atmosfir tidak diukur. Tekanan yang diukur tersebut dinamakan tekanan
terukur. Tekanan absolut = tekanan atmosfir + tekanan terukur. Jadi untuk
mendapatkan tekanan absolut, kita
menambahkan
tekanan terukur dengan tekanan atmosfir. Dengan kata lain, tekanan absolut =
tekanan total. Secara matematis bisa
ditulis :
p
= pa + pukur
misalnya
jika tekanan ban yang kita ukur = 100 kPa, maka tekanan absolut adalah:
p
= pa + pukur
p
= 101 kPa + 100 kPa
p
= 201 kPa
Besarnya
tekanan absolut = 201 kPa.
Tekanan
gauge merupakan kelebihan tekanan
di atas tekanan atmosfir. Misalnya kita tinjau tekanan ban sepeda motor. Ketika
ban sepeda motor
kempes, tekanan dalam ban = tekanan atmosfir (Tekanan atmosfir = 1,01 x 105
Pa = 101 kPa). Jika dirimu
ingin mengunakan ban tersebut sehingga sepeda motor yang “ditunggangi” bisa berjalan, maka harus mengisi ban
tersebut dengan udara. Ketika ban diisi udara, tekanan ban pasti bertambah. Ketika tekanan ban menjadi lebih
besar dari 101 kPa, maka kelebihan tekanan tersebut disebut juga tekanan gauge.
Alat
ini digunakan untuk mengukur tekanan udara di dalam ban. Bentuknya berupa
silinder panjang yang di dalamnya terdapat pegas. Saat ujungnya ditekankan pada
pentil ban, tekanan udara dari dalam ban akan masuk ke dalam silinder dan
menekan pegas. Besarnya tekanan yang diterima oleh pegas akan diteruskan ke
ujung lain dari silinder yang dihubungkan dengan skala. Skala ini telah
dikalibrasi sehingga dapat menunjukkan nilai selisih tekanan udara luar
(atmosfer) dengan tekanan udara dalam ban.
f.
Hukum Utama Hidrostatis
Gambar diatas memperlihatkan
sebuah bejana berhubungan yang diisi dengan fluida, misalnya air. Dapat di lihat bahwa
tinggi permukaan air di setiap tabung adalah sama, walaupun bentuk setiap
tabung berbeda. Tekanan yang dialami oleh suatu titik di setiap tabung adalah sama.
Hukum Utama Hidrostatis menyatakan bahwa semua titik
yang berada pada bidang datar yang sama dalam fluida homogen, memiliki tekanan
total yang sama. Jadi, walaupun bentuk penampang tabung berbeda, besarnya
tekanan total di titik A, B, C, dan D adalah sama. Persamaan
Hukum Utama Hidrostatis dapat diturunkan dengan memperhatikan gambar di bawah ini.
Misalkan, pada suatu bejana berhubungan dimasukkan dua
jenis fluida yang massa jenisnya berbeda, yaitu ρ1 dan ρ2. Jika diukur
dari bidang batas terendah antara fluida 1 dan fluida 2, yaitu titik B dan
titik A, fluida 2 memiliki ketinggian h2 dan fluida 1
memiliki ketinggian h1.
Tekanan total di titik A dan titik B sama besar.
Menurut persamaan tekanan hidrostatis, besarnya tekanan di titik A dan titik B bergantung
pada massa jenis fluida dan ketinggian fluida di dalam tabung. Secara
matematis, persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut.
pA = pB
p0 + ρ1gh1 = p0
+ ρ2gh2
ρ1h1= ρ2h2
dengan:
h1 = jarak titik A terhadap permukaan
fluida 1,
h2 = jarak titik B terhadap
permukaan fluida 2,
ρ1 = massa jenis fluida satu, dan
ρ2 = massa jenis fluida dua.
Contoh soal 1 :
Sebuah
kapal selam menyelam hingga kedalaman 200 meter. Berapakah tekanan yang dialami
kapal selam tersebut ? (g = 10 m/s2)
Penyelesaian :
Dik :h
= 200 m
Massa
jenis air laut () = 1,03 x 103
kg/m3 = 1030 kg/m3 (lihat tabel massa jenis).
Tekanan
atmosfir (pa) = 1 atm = 1 x 105 N/m2 = 1 x 105
(Kgm/s2)/m2 = 1 x 105 Kg/ms2
g
= 10 m/s2
Dit : p….?
Dij :
p
=
pa +gh
p
=1x105
Kg / ms 2 + (1030Kg / m3 )(10m
/ s 2 )(200m)
p
=1x105
Kg / ms 2 + 2060000Kg / ms 2
p
=1x105
Kg / ms 2 + 20,6x105 Kg / ms
2
p
=
21,6x105 Kg / ms 2
p
=
21,6x105 N / m2
p
=
21,6x105 Pa (Pa = Pascal)
Catatan
:
Pertama,
air
laut bisa dianggap seperti wadah terbuka, sehingga tekanan atmosfir dimasukkan
dalam perhitungan.
Kedua,
perhatikan satuannya dan pahami perlahan-lahan.
Contoh soal 2 :
Sebuah
penampung air setinggi 10 meter penuh terisi air. Jika permukaan penampung air
tersebut tertutup, berapakah tekanan air
pada dasar wadah ? (g
= 10 m/s2 )
Penyelesaian :
Dik :h
= 10 m
Massa
jenis air () = 1,00 x 103
kg/m3 = 1000 kg/m3 (lihat tabel massa jenis).
Tekanan
atmosfir (pa) = 1 atm = 1 x 105 N/m2 = 1 x 105
(Kgm/s2)/m2 = 1 x 105
Kg/ms2
g
= 10 m/s2
Dij :
p
=
gh
p
=
(1000Kg / m3 )(10m/ s 2 )(200m)
p
=
2000000Kg / ms 2
p
=
20x105 Kg / ms 2
p
=
20x105 N / m2
p
=
20x105 Pa
Wadah
tertutup sehingga tekanan atmosfir tidak dimasukkan dalam perhitungan.
Contoh soal 3 :
Perhatikan gambar di atas jika ketinggian kolom air
(kanan) = 50 cm, sedangkan ketinggian kolom zat cair lain (kiri) = 30 cm.
Berapakah massa
jenis atau
kerapatan zat cair ?
Penyelesaian :
Dik : g
= 10 m/s2
h
air (h1) = 50 cm
massa
jenis air (1)
= 1,00 x 103 kg/m3 = 1000 kg/m3
h
cairan lain (h2) = 30 cm
Dit : massa
jenis cairan lain (2) = ?
Dij :
pa
+
1gh1
= pa + 2gh2
Tekanan
atmosfir (Pa) dan percepatan gravitasi (g) sama, sehingga :
2 h1
=
2 h2
2 = (2 )
2 = (3)
2 = 1666,7 Kg/m3
Berikut
ini satuan yang dibutuhkan dalam menghitung, yaitu :
Volume
1
liter (L) = 1000 mililiter (mL) = 1000 centimeter kubik (cm3)
1
liter (L) = 1 desimeter kubik (dm3) = 1 x 10-3 m3
Tekanan
1
N/m2 = 1 Pa
1
atm = 1,013 x 105 N/m2 = 1,013 x 105 Pa = 1,013 x 102
kPa = 101,3 kPa (biasanya dipakai 101 kPa)
Pa
= pascal
atm
= atmosfir
Contoh
Soal 4:
Tabung setinggi 30 cm diisi penuh dengan fluida.
Tentukanlah tekanan hidrostatis pada dasar tabung, jika g = 10 m/s2 dan
tabung berisi:
a. air,
b. raksa, dan
c. gliserin.
Penyelesaian:
Diketahui: h = 30 cm dan g = 10 m/s2.
Ditanya: Ph....?
Dijawab:
a. Tekanan hidrostatis pada dasar tabung yang berisi
air:
Ph = ρ gh
= (1.000 kg/m3) (10 m/s2) (0,3 m) = 3.000 N/m2
b. Tekanan hidrostatis pada dasar tabung yang berisi
air raksa:
Ph = ρ gh
= (13.600 kg/m3) (10 m/s2) (0,3 m) = 40.800 N/m2
c. Tekanan hidrostatis pada dasar tabung yang berisi
gliserin:
Ph = ρ gh
= (1.260 kg/m3) (10 m/s2) (0,3 m) = 3.780 N/m2
Contoh Soal 5:
Jika diketahui tekanan udara luar 1 atm dan g = 10 m/s2,
tentukanlah tekanan total di bawah permukaan danau pada kedalaman:
a. 10 cm,
b. 20 cm, dan
c. 30 cm.
Kunci Jawaban :
Diketahui: p0 = 1 atm dan g = 10
m/s2.
a.
Tekanan total di bawah permukaan danau pada kedalaman
10 cm:
pA = p0 + ρgh = (1,013 × 105
N/m2) + (1.000 kg/m3) (10 m/s2) (0,1 m)
pA= 1,023 × 105 N/m2
b.
Tekanan total di bawah permukaan danau pada kedalaman
20 cm.
pA = p0 + ρgh = (1,013 × 105
N/m2) + (1.000 kg/m3) (10 m/s2) (0,2 m)
pA = 1,033.105 N/m2
c.
Tekanan total di bawah permukaan danau pada kedalaman
30 cm:
pA = p0 + ρgh = (1,013 × 105
N/m2) + (1.000 kg/m3) (10 m/s2) (0,3 m)
pA = 1,043.105 N/m2
Maksudnya nomber 3 gimana ya
BalasHapus