MATERI
HANDOUT 5
Nama
|
:
|
|
Pertemuan
ke
|
:
|
|
Kelas
|
:
|
|
Handout
ke
|
:
|
|
Mata
Pelajaran
|
:
|
|
Jumlah
halaman
|
:
|
|
Materi
|
:
|
|
Tanggal
|
:
|
|
1.
Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan belajar mengajar siswa diharapkan dapat :
a. Menjelaskan gaya gesekan fluida kental atau vikositas.
b. Memformulasikan gaya gesekan fluida kental atau viskositas fluida.
2.
Materi Pembelajaran
A. Menjelaskan gaya gesekan fluida kental atau Viskositas
Perhatikan minyak pelumas atau oli motor dan bandingkan dengan air serta minyak goreng. Pada kesempatan ini kita akan
mempelajari kekentalan suatu
fluida, baik zat gas maupun zat cair. Istilah sering di sebut viskositas. Viskositas
merupakan ukuran kekentalan fluida.
a.
Konsep Viskositas
Fluida, baik zat cair maupun zat gas
yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Zat
cair yang jenisnya berbeda misalnya sirup dan air. Sirup
biasanya lebih kental dari air. Atau air susu, minyak goreng, oli,dsb.Tingkat kekentalan setiap zat cair
tersebut berbeda-beda. Pada umumnya, zat cair lebih kental dari zat gas. Viskositas
alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida (fluida merupakan zat yang dapat
mengalir, dalam hal ini zat cair dan zat gas). Jadi molekul- molekul yang membentuk suatu fluida saling
gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena
adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas
disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
Fluida
yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya,
fluida yang lebih kental lebih
sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dsb. Jika ingin membuktikan dengan menuangkan air dan minyak goreng di
atas lantai yang permukaannya miring. Pasti air ngalir lebih cepat daripada minyak goreng atau oli.
Tingkat kekentalan suatu fluida juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin
kurang kental zat cair tersebut.
b.
Koefisien Viskositas
Viskositas fluida dilambangkan dengan
simbol (baca : eta). Ini hurufnya orang yunani. Jadi
tingkat kekentalan suatu fluida dinyatakan
oleh koefisien
viskositas fluida tersebut. Secara matematis, koefisien viskositas bisa dinyatakan dengan
persamaan. Untuk membantu menurunkan persamaan, kita meninjau gerakan suatu lapisan
tipis fluida yang ditempatkan di antara dua pelat sejajar.
Lapisan fluida tipis
ditempatkan di antara 2 pelat. Gaya adhesi bekerja antara pelat dan lapisan fluida yang nempel dengan
pelat (molekul fluida dan molekul pelat saling tarik menarik). Sedangkan gaya kohesi bekerja di
antara selaput fluida (molekul fluida saling tarik menarik).
Mula-mula pelat dan
lapisan fluida diam (gambar 1). Setelah itu pelat yang ada di sebelah atas
ditarik ke kanan
(gambar 2). Pelat yang ada di sebelah bawah tidak ditarik (pelat sebelah bawah
diam). Besar gaya tarik
diatur sedemikian rupa sehingga pelat yang ada di sebelah atas bergeser ke
kanan dengan laju tetap
(v tetap). Karena ada gaya adhesi yang bekerja antara pinggir pelat dengan
bagian fluida yang nempel
dengan pelat, maka fluida yang ada di sebelah bawah pelat juga ikut bergeser ke
kanan. Karena ada gaya kohesi antara
molekul fluida, maka fluida yang bergeser ke kanan tadi akan menarik yang ada di sebelah
bawah. Yang berada
di sebelah bawah juga ikut bergeser ke
kanan.
Pelat tadi
menarik
lagi pelat
yang ada di sebelah bawah begitu
seterusnya. Dimana,
pelat yang ada di sebelah bawah diam. Karena pelat diam, maka bagian fluida
yang nempel dengan
pelat tersebut juga ikut diam (gaya adhesi). Fluida yang nempel dengan pelat bertahan menyatu dengan pelat yang ada di
sebelah atas. Pelat yang
ada di sebelah atas juga menahan pelat
yang ada di sebelah atas
demikian
seterusnya. Karena
bagian fluida yang berada di sebelah atas menarik temannya yang berada di
sebelah bawah untuk
bergeser ke kanan, sebaliknya bagian fluida yang ada di sebelah bawah menahan
temannya yang ada
di sebelah atas, maka laju fluida tersebut bervariasi. Bagian fluida yang
berada di sebelah atas bergerak
dengan laju (v) yang lebih besar, temannya yang berada di sebelah bawah
bergerak dengan v yang
lebih kecil, demikian seterusnya. Jadi makin ke bawah v makin kecil. Dengan
kata lain, kecepatan lapisan
fluida mengalami perubahan secara teratur dari atas ke bawah sejauh l (lihat
gambar 2) Perubahan
kecepatan lapisan fluida (v) dibagi jarak terjadinya perubahan (l) = dikenal dengan julukan gradien kecepatan. Pelat yang berada di sebelah atas
bisa bergerak karena ada gaya tarik
(F).
Untuk fluida tertentu, besarnya Gaya tarik yang dibutuhkan berbanding lurus
dengan luas fluida yang
nempel dengan pelat (A), laju fluida (v) dan berbanding terbalik dengan jarak
l. Secara matematis,bisa ditulis sebagai berikut :
F µ Persamaan 1
Sebelumnya,
sudah di jelaskan bahwa Fluida
yang lebih cair biasanya lebih mudah
mengalir,
sebaliknya fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir. Tingkat kekentalan
fluida dinyatakan dengan
koofisien viskositas. Jika
fluida makin kental maka gaya tarik yang dibutuhkan juga makin besar. Dalam hal ini, gaya tarik
berbanding lurus dengan koefisien
kekentalan. Secara matematis bisa
ditulis
sebagai berikut :
F µ Persamaan 2
Kita gabung persamaan 1
dan persamaan 2 :
F µ Persamaan 3
Persamaan 3 bisa
ditulis seperti ini :
F =
F=
Keterangan :
= Koefisien
viskositas
F =
Gaya
l =
Jarak
A =
Luas permukaan
v =
Laju
µ
= sebanding
Satuan
Sistem Internasional (SI) untuk koofisien viskositas adalah Ns/m2 =
Pa.s (pascal sekon). Satuan CGS
(centimeter gram sekon) untuk SI
koefisien viskositas adalah dyn.s/cm2
= poise (P). Viskositas juga sering
dinyatakan dalam sentipoise (cP). 1 cP = 1/100 P. Satuan poise digunakan untuk
mengenang seorang
Ilmuwan Perancis, Jean Louis Marie Poiseuille (baca : pwa-zoo-yuh).
1 poise = 1 dyn . s/cm2
= 10-1 N.s/m2
c.
Persamaan Poiseuille
Sebelumnya
kita sudah mempelajari konsep-
konsep
viskositas dan menurunkan persamaan koofisien viskositas.
Pada kesempatan ini akan berkenalan dengan persamaan Poiseuille. Disebut
persamaan Poiseuille,
karena persamaan ini ditemukan oleh almahrum Jean Louis Marie Poiseuille
(1799-1869). Seperti
yang sudah di jelaskan
di awal tulisan ini, setiap fluida bisa kita anggap sebagai fluida ideal. Fluida ideal tidak mempunyai
viskositas alias kekentalan. Jika kita mengandaikan suatu fluida ideal mengalir dalam sebuah pipa, setiap
bagian fluida tersebut bergerak dengan laju (v) yang sama. Berbeda dengan fluida ideal, fluida riil
alias fluida yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari mempunyai viskositas. Karena mempunyai
viskositas, maka ketika mengalir dalam sebuah pipa, misalnya, laju setiap bagian fluida berbeda-beda. Lapisan
fluida yang berada tengah-tengah bergerak lebih cepat (v besar), sebaliknya lapisan fluida yang
nempel dengan pipa tidak bergerak alias diam (v = 0). Jadi dari tengah ke pinggir pipa, setiap bagian fluida
tersebut bergerak dengan laju yang berbeda-beda. Untuk memudahkan pemahaman, maka amati gambar di bawah.
Keterangan :
R = jari-jari
pipa/tabung
v1 = laju
aliran fluida yang berada di tengah/sumbu tabung
v2 = laju
aliran fluida yang berjarak r2 dari pinggir tabung
v3 = laju
aliran fluida yang berjarak r3 dari pinggir tabung
v4 = laju
aliran fluida yang berjarak r4 dari pinggir tabung
r = jarak
Laju setiap bagian fluida
berbeda-beda karena adanya kohesi
dan
adhesi.
Agar
laju aliran setiap bagian fluida sama, maka perlu ada perbedaan tekanan pada
kedua ujung pipa atau
tabung apapun yang dilalui fluida. Yang dimaksudkan dengan fluida di sini
adalah fluida riil/nyata, jangan
lupa ya. Contohnya air atau minyak yang ngalir melalui pipa, darah yang
mengalir dalam pembuluh
darah dsb. Selain
membantu suatu fluida riil mengalir dengan lancar, perbedaan tekanan juga bisa membuat si sluida bisa
mengalir pada pipa yang ketinggiannya berbeda. Ilmuwan Jean Louis Marie
Poiseuille, dari perancis yang tertarik pada aspek-aspek fisika dari peredaraan darah
manusia, melakukan penelitian untuk menyelidiki bagiamana faktor-faktor,
seperti perbedaan
tekanan, luas penampang tabung dan ukuran tabung mempengaruhi laju fluida riil. Hasil yang diperoleh Jean Louis Marie
Poiseuille, dikenal dengan julukan persamaan Poiseuille.
Persamaan
Poiseuille ini bisa kita turunkan
menggunakan
bantuan persamaan koofisien viskositas yang telah kita turunkan sebelumnya.
Kita gunakan persamaan viskositas karena
kasusnya mirip walau tak sama.
Ketika
menurunkan persamaan koofisien
viskositas, kita meninjau aliran lapisan fluida riil antara 2 pelat sejajar dan
fluida tersebut bisa bergerak
karena adanya gaya tarik (F). Bedanya, persamaan Poiseuille yang akan kita
turunkan sebenarnya menyatakan faktor-faktor
yang mempengaruhi aliran fluida riil dalam pipa/tabung dan fluida mengalir akibat adanya
perbedaan tekanan. Karenanya, persamaan koofisien viskositas perlu disesuaikan lagi melalui persamaannya, yaitu :
F=η
Karena
fluida bisa mengalir akibat adanya perbedaan tekanan (fluida mengalir dari
tempat yang tekanannya
tinggi ke tempat yang tekanannya rendah), maka F kita ganti dengan p1-p2
(p1 > p2).
(p1-p2)= η Persamaan
1.
Ketika
menurunkan persamaan koefisien
viskositas, kita meninjau aliran lapisan fluida riil antara 2 pelat sejajar. Setiap bagian fluida
tersebut mengalami perubahan kecepatan teratur sejauh l. Untuk kasus ini, laju aliran fluida mengalami
perubahan secara teratur dari sumbu tabung sampai ke tepi tabung. Fluida yang berada di sumbu tabung
mengalir dengan laju (v) yang lebih besar. Semakin ke pinggir, laju fluida semakin kecil. Jari-jari tabung =
jarak antara sumbu tabung dengan tepi tabung = R. Jarak antara setiap bagian fluida dengan tepi tabung =
r. Karena jumlah setiap bagian fluida itu sangat banyak dan jaraknya dari tepi tabung juga berbeda-beda,
maka kita cukup menulis seperti ini :
v1 = laju
fluida yang berada pada jarak r1 dari tepi tabung (r1 =
R)
v2 = laju
fluida yang berada pada jarak r2 dari tepi tabung (r2
< r1)
v3 = laju
fluida yang berada pada jarak r3 dari tepi tabung (r3
< r2 < r1)
v4 = laju
fluida yang berada pada jarak r4 dari tepi tabung (r4
<r3 < r2 < r1)
vn = laju
fluida yang berada pada jarak rn dari tepi tabung (rn < …… < r4
< r3 < r2 < r1)
Jumlah
setiap bagian fluida sangat banyak, maka cukup ditulis dengan simbol n. Setiap
bagian fluida mengalami perubahan laju (v)
secara
teratur, dari sumbu tabung (r1 = R) sampai tepi tabung (rn).
Dari sumbu tabung (r1 = R) ke tepi tabung
(rn), laju setiap bagian fluida makin kecil (v1 > v2
> v3 > v4 > …. > vn). Dari
penjelasan di atas, kita bisa gambaran
bahwa dari R ke rn, laju fluida semakin kecil. Panjang pipa = L ,Jika di tulis akan mendapatkan persamaan sebagai berikut:
(p1 - p2)= η Persamaan
2
Karena yang kita tinjau
adalah laju (v) aliran fluida, maka persamaan 2 bisa di tulis menjadi :
η =(p1 - p2)
Persamaan
3
Ini
merupakan
persamaan laju aliran fluida pada jarak r dari pipa yang berjari-jari R. Perlu diketahui bahwa fluida
mengalir dalam pipa alias tabung,
sehingga kita perlu meninjau laju aliran volume fluida tersebut. Di dalam
tabung ada fluida, misalnya
kita membagi fluida menjadi potongan-potongan yang sangat kecil, di mana setiap potongan tersebut
mempunyai satuan luas dA, berjarak dr dari sumbu tabung dan mempunyai laju aliran v.
Secara matematis bisa ditulis sebagai berikut :
dA1 =
potongan fluida 1, yang berjarak dr1 dari sumbu tabung.
dA2 =
potongan fluida 2, yang berjarak dr2 dari sumbu tabung.
dA3 =
potongan fluida 3, yang berjarak dr3 dari sumbu tabung.
dAn =
potongan fluida n, yang berjarak drn dari sumbu tabung.
Potongan- potongan fluida sangat banyak, sehingga cukup ditulis
dengan simbol n saja, biar lebih praktis (n = terakhir).
Laju aliran volume setiap potongan fluida tersebut, secara matematis bisa
ditulis sebagai berikut
:
Setiap
potongan fluida tersebut berada pada jarak r = 0 sampai r = R (R = jari-jari
tabung). Dengan kata lain,
jarak setiap potongan fluida tersebut berbeda-beda jika diukur dari sumbu
tabung. Jika kita tulis dengan
(diintegralkan), maka akan diperoleh persamaan laju aliran volume fluida dalam tabung:
Keterangan :
Q = Debit
R = Jari-jari dalam
pipa atau tabung
= Koefisien viskositas
P1 – P2
= Perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa
L = Panjang pipa
=
Gradien tekanan (aliran fluida selalu menuju arah penurunan tekanan).
Berdasarkan
persamaan Poiseuille di atas, tampak bahwa laju aliran volume fluida alias
debit (Q) sebanding
dengan pangkat empat jari-jari tabung (R4), gradien tekanan dan berbanding terbalik dengan viskositas.
Contoh Soal 1:
Sebuah kelereng yang gari tengahnya 1,2 cm di jatuhkan
bebas dalam sebuah wadah berisi oli. Berapakah kecepatan terbesar yang dapat di
capai kelereng jika massa jenis oli 800 kg, koefisien viskositas oli 30Pa s, massa jenis kelereng 2,6 , dan percepatan gravitasi 10 m?
Penyelesaian:
Diketahui:
d = 1,2 cm
r =0,6 cm =6
=2600 kg
g =10m
Ditanya:….?
Dijawab:
4,8 m/s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar